Persela Lamongan kini tengah menyiapkan lima persyaratan yang ditentukan PSSI untuk memenuhi syarat sebagai klub sepak bola profesional. Persyaratan itu di antaranya dana segar, aspek infrastruktur, dokumen legal, personal administrasi, dan pembinaan sepak bola.
Lima syarat itu kini tengah dalam pembahasan Tim Persela Lamongan. Selanjutnya, begitu tim Persela sudah mempersiapkan, akan menunggu tim audit dari PSSI pada pertengahan Agustus ini. Audit ini untuk meloloskan verifikasi oleh AFC guna mengikuti kompetisi liga mendatang.
Syarat tersebut di antaranya mendaftarkan PT Persela Jaya ke Departemen Hukum dan HAM, menyiapkan dana segar sebesar Rp 5 miliar, menyiapkan infrastruktur kelengkapan sepak bola, seperti Stadion Surajaya dan dua lapangan untuk latihan yang berada di Desa Tambak Boyo Kecamatan Tikung dan di Desa Deket, Lamongan. Kemudian menyiapkan pengembangan sepak bola bagi anak-anak dan tim U-21 untuk menyokong pengembangan tim Persela Senior. Juga bersedia mengontrak tiga tahun pemain profesional dengan gaji rata-rata Rp 500 juta per musim.
Menurut Sekretaris Umum Persela Lamongan Ahmad Farikh, syarat-syarat itu tengah dalam pembahasan tim. Misalnya yang membahas soal uang jaminan ke PSSI Rp 5 miliar.
Sejauh ini persiapan untuk pembahasan dilakukan selama dua hari. “Kami mempersiapkan syarat itu,” kata Farikh. Farikh menilai Persela adalah tim yang cukup konsisten selama berlaga di Liga Super Indonesia, seperti belanja pemain, konsistensi prestasi, dan pembinaan pemain yang kontinu. Makanya, kata dia, dengan adanya tim audit dari PSSI akan dipersiapkan secara matang. Bagaimana pun tim Persela adalah klub kebanggaan masyarakat Lamongan.
Jika sampai klub berjuluk Laskar Joko Tingkit ini tidak lagi berkiprah di tingkat nasional, hal itu akan mendatangkan pertanyaan. “Ini jelas memotivasi pengurus Persela,” kata Farikh. Sebelumnya Ketua Pengurus Cabang PSSI Lamongan Yurohnur Effendi sempat mempertanyakan soal konsep penggabungan antara Liga Primer Indonesia dan Liga Super Indonesia. Alasannya, LSI sudah teruji. Sementara LPI pendatang baru. “Tapi, kami realistis dengan perkembangan sepak bola,” katanya.
Jika sampai klub berjuluk Laskar Joko Tingkit ini tidak lagi berkiprah di tingkat nasional, hal itu akan mendatangkan pertanyaan. “Ini jelas memotivasi pengurus Persela,” kata Farikh. Sebelumnya Ketua Pengurus Cabang PSSI Lamongan Yurohnur Effendi sempat mempertanyakan soal konsep penggabungan antara Liga Primer Indonesia dan Liga Super Indonesia. Alasannya, LSI sudah teruji. Sementara LPI pendatang baru. “Tapi, kami realistis dengan perkembangan sepak bola,” katanya.
